Pedagang Kulit Bedug Masih Sepi Pembeli
Written by elshandafm on 1 July 2015
CIANJUR, (PRLM).- Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh berkah bagi setiap umat Islam yang menjalankan ibadah puasa. Bulan penuh berkah tersebut juga dirasakan oleh pedagang musiman. Salah satunya adalah penjual kulit untuk bahan bedug di Cianjur.
Memasuki Bulan Ramadan, pedagang kulit bedug di Cianjur selalu bermunculan. Yang awalnya hanya tiga orang pedagang, pada bulan ramadhan tahun ini jumlahnya meningkat menjadi 12 pedagang. Mereka menjual barang dagangannya memanfaatkan trotoar di sepanjang Jalan HOS Cokroaminoto dan Jalan Mangunsarkoro Cianjur.
Masuk 10 hari kedua pada Bulan Ramadan, sejumlah pedagang kulit bedug masih belum mengalami lonjakan penjualan. Mereka mengaku masih relatif sepi. Dalam sehari rata-rata hanya mampu menjual kulit bedug sebanyak tiga lembar dengan harga jual Rp 300 ribu hingga Rp 350 ribu per lembar.
“Kalau dibandingkan tahun lalu kondisi saat ini masih relatif sepi. Hanya ada beberapa pembeli yang datang. Itupun kebanyakan calon pembeli hanya menanyakan harganya saja. Padahal kami menjual kulit untuk bahan bedug ini masih sama dengan tahun lalu,” kata Nanang Triyanto (41) penjual kulit bedug warga Kampung Pasar Suuk RT 01/05 Kelurahan Muka Kecamatan/Kabupaten Cianjur, Selasa (30/6/2015).
Dalam sehari, ia hanya mampu menjual sekitar 3 lembar kulit bedug. Pada Bulan Ramadan tahun lalu, pedagang musiman yang sudah tiga tahun menjadi pedagang kulit bedug itu mampu menjual sekitar tujuh lembar kulit bedug. Penurunan penjualan ini diakuinya mengurangi pendapatnnya.
“Tahun lalu kita punya modal Rp 10 juta, dalam sebulan selama Ramadan bisa menjadi Rp 17 juta untuk modal berjualan kulit bedug ini. Ramadhan tahun ini sepertinya sulit tercapai kalau melihat kondisi yang terjadi memasuki 10 hari kedua bulan ramadhan,” katanya.
Ia masih berharap waktu sepuluh hari sebelum lebaran Idulfitri para pembeli bisa membeli barang dagangannya. “Biasanya menjelang lebaran suka rame, mudah-mudahan saja itu terjadi. Karena kami hanya berharap sisa waktu menjelang lebaran. Kalau masih sepi seperti ini paling kita rugi waktu saja. Karena semua barang bisa terjual, tapi waktunya saja yang lama,” paparnya.
Selain menjual kulit bedug, Nanang juga melayani pembuatan bedug. Untuk bedug ia mamatok harga sebesar Rp 900 ribu. Butuh waktu tiga hari untuk membuat bedug hingga selesai. “Yang lama itu merendam kulitnya bisa dua hari, karena sebelum dipasang di drum bahan bedug, kulit harus lembek dan itu harus direndam dulu, kalau pengerjaan lainnya relatif cepat,” kata Nanang.
Nanang mengaku, hingga saat ini belum ada yang memesan pembelian bedug. Ia baru akan membuat bedug jika sudah ada pesanan. “Khusus penjualan bedug kita menunggu pesanan saja, baru kita kerjakan. Kalau tidak ada yang memesan kita tidak buat, karena modalnya cukup besar. Kita menjual kulitnya saja,” tegasnya.
Untuk bahan baku kulit, para pedagang musiman ini mengaku tidak sulit mendapatkannya. Ada pengepul khusus yang melayani pembelian bahan baku untuk bedug. “Ada pengepul khusus, hanya harganya saja yang tahun ini sedikit naik. Tapi kita menjualnya tidak naik. Banyak saingan sekarang, jadi pembelinya agak sepi,” kata Nanang yang kesehariannya sebagai pedagang nasi ini.
Nanang mengakui, pembeli kulit bedugnya tidak hanya datang dari Cianjur saja, tapi ada juga yang datang dari luar Cianjur seperti dari Padalarang Bandung Barat dan Sukabumi. “Mereka sudah tahu di sepanjang jalan raya ini tempat penjualan kulit bedug. Mereka selalu datang, informasinya dari mulut kemulut saja,” ujarnya.
Seperti diketahui, bedug atau yang sering disebut dulag seringkali dimainkan atau ditabuh pada malam-malam Idulfitri mengiringi takbiran di sejumlah masjid dan mushola di sejumlah wilayah di Cianjur. Bermain dulag pada malam takbiran Idul Fitri masih menjadi tradisi kebanyakan masyarakat Cianjur dan sekitarnya (Bisri Mustofa/A-147)***